Sungguh luar biasa promo dan iklan produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan saat ini. Mulai dari produk makanan/minuman, otomotif, telekomunikasi, komputer, dsb. Segala macam tawaran yang diberikan sangat menggiurkan dan bila kita tidak jeli dapat menjebak kita dalam budaya konsumerisme yang nantinya tentu saja berdampak pada kondisi keuangan keluarga kita.
Untuk itu setiap kita melihat atau tertarik pada sebuah produk, maka seharusnya kita sudah dapat menyikapinya dengan bijaksana berdasarkan prinsip-prinsip manajemen keuangan keluarga seperti :
• Apakah kita sekedar INGIN atau BUTUH produk tersebut?. Kita harus jujur dan tahu membedakan produk yang akan dibeli tersebut karena kita INGIN atau BUTUH. Kalo sekedar ingin ini berarti nafsu kita yang bermain, kalo kita butuh berarti produk tersebut memang bakal memiliki fungsi yang menunjang dalam produktifitas ekonomi kita. Misalnya, kalo kita mau membeli HP yang sudah mendukung 3G, padahal kita sangat jarang menggunakan fasilitas tersebut berarti ini adalah cuma keinginan dan berarti terjadi pemborosan. Tetapi misalnya fasilitas 3G tersebut dapat membantu kita dalam berbicara face to face dengan klien di perjalanan maka pembelian HP tersebut sangat positif jadinya. Oleh karena itu, mulai sekarang pandai-pandailah mengasah hati kita untuk bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Bila masih belum bisa, ajak pasangan suami/istri untuk membantu menganalisanya.
• Apakah pembelian tersebut sudah masuk dalam APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga)? Nah, di sinilah letak kedisiplinan kita dalam menjalankan APBK diuji. Bila produk yang akan kita beli tersebut sudah masuk APBK sebenarnya sampai di sini tidak menjadi masalah. Tetapi masalahnya adalah bila tidak masuk APBK, karena otomatis terjadi pembengkakan pengeluaran dan ini bisa jadi akan mengganggu pos-pos pengeluaran lainnya. Saran saya bila memang belum masuk APBK tunggulah bersabar untuk dianggarkan pada periode/bulan berikutnya.
• Dengan cara apa produk tersebut dibayar, tunai atau kredit, dan alasan-alasan lain. Bila memang sudah yakin ingin membeli produk tersebut, langkah selanjutnya adalah pemilihan metode pembayaran yang tepat tunai atau kredit. Saran saya sebaiknya gunakan alat pembayaran tunai untuk membeli produk-produk yang konsumtif atau yang nilai ekonominya cenderung turun. Karena kalau kita membeli dengan cara kredit (misalnya pakai kartu kredit) maka kita harus menambah pembayaran bunga yang berarti ini menambah pengeluaran kita dan tidak sebanding dengan produk yang nilainya terus turun tersebut.
Tetapi solusi yang paling cerdik dari masalah di atas adalah hendaknya, jangan juga membelanjakan uang untuk membeli produk konsumtif (di luar kebutuhan pokok lho…) dengan uang hasil gaji kita bekerja. Usahakan kita menunggu hasil profit dari investasi yang kita lakukan misalnya dari uang menyewakan rumah, ruko, hasil usaha, dsb. Dengan begitu yang membeli produk tersebut bukan dari hasil keringat kita bekerja sebagai karyawan/pegawai, tapi dari hasil bisnis/investasi yang bekerja keras untuk membelikan kita produk tersebut. Cerdas bukan….?
No comments:
Post a Comment